Minggu, 15 Juli 2012

Analisis Jumlah Wisatawan ke Wakatobi


     Indonesia memiliki sejuta pesona alam yang sangat indah di seluruh dunia, berbagai panorama alam yang menyuguhkan kekaguman bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Salah satunya yaitu Wakatobi yang merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tenggara. Beberapa tahun belakangan ini Wakatobi menjadi daerah tujuan wisata yang popular bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini disebabkan karena keindahan pantai Wakatobi yang memiliki air yang biru serta pasir putih ditambah dengan keindahan biota laut didalamnya sehingga dijuluki sebagai surga bawah laut bagi para wisatawan yang berkunjung kesana. Keindahan pantai wakatobi merupakan modal untuk menarik banyak wisatawan. Dan itu terbukti dari data yang dimiliki pemerintah kabupaten Wakatobi terkait jumlah wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi tahun 2010 yaitu sejumlah 3.000 orang dan di tahun 2011 meningkat sebesar 100% menjadi 6.000 orang. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah kunjungan wisata. Jika sebelumnya hanya tercatat sekitar 10.000 kali di tahun 2010, namun di tahun 2011 ini jumlah kunjungan wisata tercatat lebih kurang 15.000 kali. Artinya, satu wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi rata-rata antara dua dan tiga kali kunjungan.
     Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Wakatobi tersebut ikut memberi kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi. Tahun 2011, kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi mencapai 25 persen dan diharapkan di tahun 2012 mencapai 35 persen. Pemerintah Kabupaten Wakatobi saat ini masih memberi perhatian besar terhadap pengembangan pariwisata dengan mengalokasikan anggaran melalui APBD pada sektor tersebut sebesar lebih kurang Rp 5 miliar. Dana sebesar itu akan digunakan membiayai usaha industri ekonomi kreatif masyarakat, terutama pembinaan keterampilan bagi para perajin agar bisa menghasilkan kerajinan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Dana tersebut juga untuk membiayai kegiatan promosi pariwisata Wakatobi ke sejumlah negara, terutama Australia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Australia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik menjadi sasaran promosi pariwisata Wakatobi karena wisatawan dari dua kawasan itu belum banyak yang berkunjung ke Wakatobi. Para wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi saat ini masih didominasi wisatawan dari negara-negara Eropa, seperti Inggris, Belanda, dan Swiss serta Amerika


Jawaban 


Pasir putih terhampar sepanjang pesisir. Nyiur melambai disapu angin pantai. Saat laut surut, keindahan alam bawah laut kian menggoda. Ikan-ikan bercumbu di sela-sela terumbu karang. Keindahan itu bisa disaksikan cukup dengan mata telanjang. Wakatobi, di sanalah, pesona alam nan surgawi.
Wakatobi adalah nama yang diambil dari kependekan pulau terbesar yakni Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko yang terletak di sebelah tenggara Sulawesi. Dahulu, orang menyebutnya di Kepulauan Tukang Besi. Kawasan seluas 1,39 juta hektare itulah yang kemudian dijadikan taman nasional laut pada tahun 1996. Luas kawasan itu pula yang menjadi disahkan sebagai Kabupaten Wakatobi pada tahun 2004.
“Taman Laut Nasional Kepulauan Wakatobi menjadi harapan kami. Kewajiban saya adalah menjaga agar ekosistem taman nasional tidak rusak. Selain itu, pengembangan sumber daya Wakatobi hendaknya dapat dilakukan oleh masyarakat setempat,” kata Penjabat Bupati Wakatobi HAM, Madra ketika menyambut rombongan wartawan baru-baru ini.
Sektor pariwisata Wakatobi memang sedang menggeliat. Pemda setempat terus membenahi infrastruktur untuk menunjang pengembangan pariwisata. Hingga kini, arus kunjungan wisata telah mencapai 3.000-5.000 orang per tahun. Namun, kunjungan wisata masih didominasi turis asing asal Eropa dan Amerika.
Taman Nasional Kepulauan Wakatobi (TNKW) memang merupakan taman laut terbesar kedua setelah Taman Nasional laut Teluk Cendrawasih di Papua. Di kepulauan ini, banyak orang mengagumi pesona Karang Kaledupa yang merupakan karang terluas dan terpanjang di Indonesia. TNKW memang terletak di kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia.
Kepulauan Wakatobi memiliki 25 gugusan terumbu karang. Terumbu karang tersebar di antara 37 pulau yang ada. Di kepulauan ini, baru enam pulau saja yang dihuni. Sementara hanya 11 pulau yang memiliki nama. Sisanya, 31 pulau masih tak bernama dan belum dikelola. Para wisatawan yang datang , umumnya melakukan kegiatan selam, snorkeling, berenang, berkemah dan wisata budaya.
Keindahan alam Wakatobi memang berasal dari kekayaan sumber daya alamnya. Kajian ekologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada tahun 2003 menemukan 396 jenis karang batu penyusun terumbu karang. Di kawasan itu, sebanyak 590 jenis ikan ditemukan berkembang biak. ntuk melihat upaya konservasi di Wakatobi, WWF dan TNC mengundang para wartawan dari Jakarta dan Kendari. Dari Kendari, rombongan menuju Bau-Bau dan melanjutkan perjalanan dengan kapal Phinisi bernama Menami. Dengan kapal bermesin itu, kami mengunjungi pulau-pulau di Wakatobi.
Musim Kunjungan
Jika menggemari olahraga selam, situs penyelaman di Wakatobi sampai ratusan jumlahnya. Seorang pengusaha asal Swiss bernama Lorenz Mader bahkan telah membuka Wakatobi Dive Resort, yang menawarkan wisata selam. Resor tersebut malah sudah dilengkapi dengan bandara perintis, yang melayani turis langsung dari Bali. “Musim kunjungan terbaik adalah bulan April sampai Juni dan Oktober sampai Desember. Di luar bulan itu, ombak terlalu besar sehingga terlalu berisiko untuk melakukan perjalanan,” kata Maaruji, warga se- tempat.
Selain Wakatobi Resort, ada beberapa perusahaan yang mengurus kunjungan wisatawan ke Wakatobi dan kawasan wisata lainnya di Kabupaten Buton, antara lain Badan Pengembangan Wallacea (Jakarta) dan Wolio Travel (Baubau). Biasanya, wisata-wan juga dapat menggunakan kapal besar dari Kendari. Jarak Kendari-Wakatobi dapat ditempuh dalam waktu 16 jam.
Wisatawan yang berkunjung ke TNKW dapat menginap di 63 bungalow, milik pemda di Pulau Hoga. Sementara PT Wakatobi Dive Resort mengelola Pulau Onemobaa, pulau kecil berpasir putih secara eksklusif. Namun paket wisata di sana relatif mahal. Sementara di Pulau Hoga, sebelah utara Pulau Kaledupa, tarif menginap di satu bungalow masih Rp 50.000, per malam.
Masing-masing pulau tersebut berstatus pemerintahan kecamatan. Kepulauan yang terletak di Laut Banda itu berjarak 150-200 mil dari Baubau, ibu kota Kabupaten Buton. Dahulu Wakatobi memang menjadi bagian dengan Kabupaten Buton. Itu sebabnya, sebagian wisatawan kadang juga memilih rute Kendari – Bau-Bau – Wanci. “Setiap hari, ada dua kali kapal cepat, dengan lama 5 jam perjalanan. Ada juga kapal kayu, tetapi memakan waktu 12 jam perjalanan. Kota Wanci di Pulau Wangi-wangi adalah pintu gerbang Wakatobi,” papar Outreach & Community Development Coordinator WWF Indonesia, Veda Santiadji.
Daya Tarik
Menurut Monitoring & Surveilance Coordinator TNC, Anton Wijonarno, sejak berstatus taman nasional, Wakatobi terus mengembangkan program konservasi sumber daya alam. Tujuannya adalah melestarikan kekayaan sumber daya alam flora dan fauna baik di luar maupun di darat. “Berkat keanekaragaman terumbu karang, Wakatobi memiliki keistimewaan biota laut. Selain berlimpah sumber daya laut, kepulauan ini juga mempunyai kekayaan fauna and flora spesies langka,” ujarnya.
Di perairan Wakatobi, para nelayan tradisional cukup mudah mendapatkan ikan. Populasi ikan tersebut memang sangat bergantung dengan keberadaan terumbu karang. Oleh karena itu, praktik penangkapan ikan dengan bom atau obat bius cukup meresahkan. Hal itu mulai disadari setelah WWF dan TNC melakukan edukasi terhadap masyarakat setempat.
“Kami juga mencoba mengupayakan peran petani rumput laut. Kalau banyak petani rumput laut, otomatis nelayan pembom akan takut. Mereka saling bertentangan karena rumput laut akan rusak,” ujar Kepala Balai TNKW, Syihabuddin. Perairan Wakatobi sangat kaya dengan sumber daya laut. Setelah mengenal rumpon, para nelayan makin mudah mendapatkan ikan. Seekor ikan tuna dengan berat 4 kg dijual dengan harga Rp 20.000.
Berbagai spesies ikan memang dapat ditemukan dengan mudah. Mulai dari kakap, kerapu, ekor kuning, tuna, napoleon, sampai hiu. Jika beruntung, wisatawan juga dapat menyaksikan iringan lumba-lumba berenang dari atas kapal.
Tiga bulan sekali, beberapa kapal pengumpul ikan berlabuh di perairan Tomia. Kapal-kapal itu membeli ikan dari para nelayan setempat. Hampir sebulan penuh, mereka mengisi muatan. Salah satu kapal pengumpul malah berasal dari Muara Baru, Jakarta. Menurut mereka, ikan-ikan itu akan dipasok untuk pasar-pasar Jakarta. Jika waktu perjalanan mencapai dua minggu, bisa dibayangkan, berapa lama ikan-ikan dalam pengawetan?
Wakatobi tidak hanya punya daya tarik alam. Di kepulauan itu, ada beberapa perkampungan Suku Bajo yang didirikan di atas laut. Mereka dikenal sebagai pelaut tangguh. Para nelayan Bajo juga dikenal mampu menangkap ikan hanya dengan tombak. Di pulau Kaledupa dan Binongko, wisatawan dapat membeli kain tenun hasil kerajinan penduduk setempat. Sehelai kain tenun ikat dijual dengan harga Rp 100.000- Rp 200.000.
Di Kaledupa, kerajinan yang dikenal adalah kain sarung Wuray dan tikar lipat. Jika mampir ke Pulau Binongko, jangan ragu mengunjungi lokasi para pengrajin besi. Dari para pengrajin inilah, Wakatobi dikenal sebagai kepulauan Tukang Besi. Menikmati keindahan alam Wakatobi rasanya tak cukup hitungan hari. Keanekaragaman flora dan faunanya begitu memanjakan mata. Tak kunjung puas orang mengagumi pesonanya.
Setelah sauh diangkat, Menami membawa kami pulang. Jauh di sanubari, kami pun berjanji. Wakatobi, suatu hari nanti, kami kan kembali.


http://deburanombak.com/2011/05/wakatobi-geliat-wisata-taman-nasional/